Senin, 25 Februari 2008

..kekasih sejati..

aku yang memikirkan
namun aku tak banyak berharap
kau membuat dengan angan tentangmu
mencoba lupakan
tapi ku tak bisa
mengapa… begini…
oh mungkin aku bermimpi
menginginkan dirimu
untuk ada disini menemaniku
oh mungkinkah kau yang jadi kekasih sejatiku
semoga tak sekedar harapku
bila..tak menjadi milikku
aku takkan menyesal
telah jatuh hati
semoga tak sekedar harapku..

...Kau...

Qurasakan hadirmu...
tiada tertan9kap mata..
namun telah qu baCa tuLisanmu beRwarnA..

Apa y9 di rasa sMua kejaDian teRsirat..
NamuN Selisih Qta d jLn mutlak..
Qu pasti bRada d seLatan..
kau sin99ah bebeRapa menit..
kau bRanjak Qu tibA..

QuRasakan paRfummu Skejap..
dan teRdengar lan9kah2mu beRjalan men9hilan9..
AnDai qumiliki 9mBrmu skRan9..
Lbh mudah qujadikanbuku manuaL berjLn..
Dan quLukiskND STIAp t4 kau pRnh sin99ah..

Dikaulah satelitKu tRsembunyi dLm Wktu..
Dikaulah SatLitku tRlampau jauh qu tMpuh..
TuK mMbelaimu..

Murnikan Agamamu!

Kehidupan beragama kaum muslimin yang telah banyak mengalami penambahan-penambahan, tentunya butuh kepada pemurnian. Sehingga agama mereka kembali sebagaimana diturunkannya pertama kali.
Umar bin Khattab berkata, “Kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam. Jika kita mencari kemuliaan dengan selain islam, Allah akan menghinakan kita.” Sungguh benar apa yang dikatakan oleh beliau. Melalui sejarah kita bisa melihat, tidak ada suatu kaum yang lebih mulia dari pada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Hal itu karena mereka benar-benar memahami dan mengamalkan ajaran Nabi mereka yang masih murni tanpa tercampuri perkara-perkara baru. Mereka sangat jauh dari perkara baru yang diada-adakan di dalam agama. Mereka paham bahwa perkara-perkara baru itu bukan dari islam dan hanya akan membawa kehinaan dan kerugian kepada pelakunya.